RSS

Kamis, 02 September 2010

Proses Pembuatan Batik Madura

pembuatan-batik-madura Proses pertama adalah: Kain Mori putih direndam dalam air bercampur minyak dempel dan abu sisa pembakaran kayu dari tungku. Direndam untuk satu hingga dua minggu.

Kedua: Dicuci. Pencucian ini dilakukan untuk menghilangkan zat yang melekat pada kain bawaan dari pabrik.

Ketiga: Setelah kain kering, proses peng-kanji-an dimulai. Bahan yang digunakan adalah sagu dari Ubi Kayu, Karena lebih menyerap ke dalam serat kain.

Keempat: Penggambaran pola pada kain. Sketsa motif yang akan dibatik mulai digambarkan pada kain yang telah dikanji ini.

Kelima: Pemakaian malam pada kain mulai dilakukan melalui proses diisen, dikurik, dan atau ditembok.

Keenam: Pewarnaan kain batik. ini bisa berlangsung hingga dua kali. Namun untuk kain batik genthongan proses pewarnaannya bisa lebih lama karena proses pewarnaannya dilakukan dengan cara di rendam dalam wadah gentong selama berbulan-bulan bahkan sampai dengan tahunan. Karena semakin lama proses perendaman dilakukan, warna kain akan semakin pekat dan melekat kuat pada kain selama puluhan tahun kedepan tanpa mengalami penurunan kualitas warna selama proses perawatan dan penyimpanan-nya sesuai dengan yang di anjurkan.

Proses Ketujuh: Kain batik tersebut akan dilorot. Yaitu untuk menghilangkan malam yang melekat pada kain, caranya dengan memasukan kain ke dalam air mendidih.

Setelah itu Penyikatan pada kain batik agar warna dapat melekat kuat yang kemudian diikuti dengan proses penjemuran di bawah terik matahari.

sumber : savirabatik.com

Selanjutnya... »»

Sabtu, 14 Agustus 2010

Kenapa Membeli Kain Batik?

  1. - Memiliki kain adalah bentuk termurni dari kesenangan kita terhadap batik Indonesia.
  2. - Dari Kain Batik, Anda bisa menciptakan kreasi pakaian apapun yang Anda mau, Baju, Gamis, Celana, Rok, Tas, dll sesuai dengan gaya Anda.
  3. - Sebagai investasi.Sejak dulu, para orangtua kita memiliki kain yang disimpan untuk diberikan kepada anak atau cucunya. Dan setelah tahunan memiliki nilai yang lebih.

Sumber :Batik Indonesia

Selanjutnya... »»

Minggu, 25 Juli 2010

Keunikan Batik

Batik merupakan ikhwal kriya tekstil yang tak asing bagi orang Indonesia, bahkan sering menjadi sebuah simbol akan bangsa Indonesia. Batik dikenal erat kaitannya dengan kebudayaan etnis Jawa di Indonesia bahkan semenjak zaman Raden Wijaya (1294-1309) pada masa kerajaan Majapahit. Namun pada dasarnya berbagai bahan sandang memiliki corak batik juga dari luar pulau Jawa, misalnya di beberapa tempat di Sumatera, seperti Jambi bahkan beberapa tempat di Kalimantan dan Sulawesi. Motif batik digunakan mulai dari hiasan, kain sarung, kopiah, kemeja, bahkan kerudung dan banyak lagi. Namun hal yang sangat menarik dengan batik adalah bahwa ia merupakan konsep yang tidak sederhana bahkan dari sisi etimologinya. Batik dapat merepresentasikan ornamentasi yang unik dan rumit dalam corak dan warna dan bentuk-bentuk geometris yang ditampilkannya. Namun yang terpenting adalah bahwa batik dapat pula merepresentasikan proses dari pembuatan corak dan ornamentasi yang ditunjukkan di dalamnya.

Proses batik atau dalam verbia disebut pula sebagai “mbatik”, merupakan hal yang tidak sesederhana menggambarkan sebuah lukisan, misalnya. Multiperspektif yang terpancar dari ornamentasinya merupakan hasil dari proses dan tahapan-tahapan pseudo-algoritmik yang sangat menarik. Berdasarkan publikasi “Batik: The Impact of Time and Environment” oleh H. Santosa Doellah yang diterbitkan oleh Danar Hadi, terdapat setidaknya tiga tahapan proses dalam ornamentasi batik, yakni:

1. “Klowongan“, yang merupakan proses penggambaran dan pembentukan elemen dasar dari disain batik secara umum.

2. “Isen-isen“, yaitu proses pengisian bagian-bagian dari ornamen dari pola isen yang ditentukan. Terdapat beberapa pola yang biasa digunakan secara tradisional seperti motif cecek, sawut, cecek sawut, sisik melik, dan sebagainya.

3. Ornamentasi Harmoni, yaitu penempatan berbagai latar belakang dari desain secara keseluruhan sehingga menunjukkan harmonisasi secara umum. Pola yang digunakan biasanya adalah pola ukel, galar, gringsing, atau beberapa pengaturan yang menunjukkan modifikasi tertentu dari pola isen, misalnya sekar sedhah, rembyang, sekar pacar, dan sebagainya.

Fraktal: Geometri Batik
Hal yang menakjubkan dari batik adalah bahwa batik adalah sebuah proses yang lahir dari sistem kognitif dan penggambaran akan alam dan lingkungan sekitar. Batik tercipta melalui pemetaan antara obyek di luar manusia pembatik dan artikulasi kognisi dan aspek psikomotorik yang tertuang dalam kriya batik.

Meski batik tak mungkin bisa dilihat dengan melepaskan konteks dan proses pembuatan dari batik tersebut, motif dan ornamentasi yang terkandung dalam batik pun ternyata memiliki tingkat kompleksitas yang sangat menarik.

Cara pandang akan bentuk-bentuk geometris kita saat ini cenderung terkait erat dengan geometri yang diwarisi dari cara pandang pakem Aristotelian barat, yang memandang dimensi geometris sebagai bilangan asli. Dimensi 1 sebagai garis, dimensi 2 sebagai bangun datar, dimensi tiga sebagai bangun ruang, dan seterusnya. Namun dunia ternyata tak sesederhana itu. Perjalanan panjang sejarah ilmu pengetahuan telah membawa kita pada kenyataan ilmu pengetahuan sebagaimana kita saksikan sekarang ini. Dalam perjalanan filsafat ilmu pengetahuan, sains menjadi selalu bersifat positif terhadap kenyataan; bahwa sains tak terbatas, reduksionisme merupakan hal yang pada akhirnya akan membawa kita pada penjelasan yang utama dan fundamental, dan seterusnya.

Kejadian aneh kita anggap sebagai bentuk kerandoman. Ilmu pengetahuan telah sangat percaya diri, hingga akhirnya meta-matematika mulai mempertanyakan aritmatika (oleh matematikawan Kurt Godel, 1931), filsafat mulai berbicara tentang paradoks dan keabsahan deduksi (oleh filsuf Bertrand Russel, 1903), sosiologi mulai berbicara tentang posmodernisme (sosiolog Jean Jaques Lyotard, 1979), gelombang karya seni multi-perspektif seperti dadaisme pada senirupa dan psikodelik pada seni musik, dan banyak lagi di hampir semua lini ilmu pengetahuan dan seni modern, termasuk pertanyaan tentang panjang garis pantai dan bahwa geometri mulai berkenalan dengan konsep fraktal (Benoit Mandelbrot, 1982). Filsafat ilmu pengetahuan akhirnya menyadari bahwa ada permasalahan dalam cara bagaimana kita memandang dunia. Reduksionisme filsafat sains dipertanyakan ketika akhirnya secara umum disadari bahwa "keseluruhan jauh lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya".

Dunia itu ternyata tak linier, dan sains yang ada sekarang perlu memperhatikan hal ini. Bahkan secara filosofis, ilmu pengetahuan yang ada saat ini tak boleh berdiri sendiri dengan tradisi dan konvensionalisme yang menyertainya. Pendekatan interdisiplin menjadi penting. Kenyataan akan betapa tingginya kompleksitas alam semesta dan lingkungan sosial kita akhirnya melahirkan bio-fisika, kimia komputasi, ekonofisika, sosiologi komputasi, sains kognitif, ekonomi evolusioner, dan sederet nama yang menggambarkan bagaimana ilmu pengetahuan mesti mondar-mandir melintas batas pakemnya. Dalam perjalanan sejarah ilmu pengetahuan modern, semua berlandas secara elementer pada cara kita memandang dunia, di mana geometri klasik tak pelak adalah sebuah fundamen-nya. Sejarah ilmu pengetahuan akhirnya menyadari bahwa fraktal lebih baik dan lebih tepat dalam memandang dunia. Kajian yang berdasar sifat fraktal yang menyadari "ke-tidak-purna-an" model semesta yang salah satunya ditunjukkan dengan pengetahuan akan dimensi yang bukan bilangan bulat, tapi justru adalah pecahan.

Kenyataan bahwa batik bersifat fraktal seolah menjadi hal yang menunjukkan bahwa ada kebijaksanaan terpendam dalam penggambaran dunia yang tak seperti geometri Aristotelian yang kita kenal. Hal ini implisit dalam karya-karya batik. Jika seni budaya dan sains modern telah berinteraksi sedemikian sebagaimana kita kenal saat ini, maka jelas budaya kriya batik telah berinteraksi dengan kebudayaan orang-orang yang tinggal di kepulauan Indonesia. Jika fraktal telah menginspirasi perubahan dan menjadi sumber kreativitas dan progresifitas sains di berbagai bidang dalam bentuk interdisiplinaritas, bukankah menjadi tak mungkin jika batik juga dapat memberi inspirasi dan sumber kreativitas cara pandang yang lebih baik akan dunia?

Bukan tak mungkin, bahasa orang Indonesia-nya interdisplinaritas adalah gotong-royong, sebagaimana geometrinya orang Indonesia adalah batik. Penemuan akan aspek fraktalitas pada batik (sebagaimana juga ditemukan pada banyak aspek seni dan budaya kuno dan klasik lain di banyak temapat ketika pengaruh Yunani dan Romawi kuno belum kuat, seperti Cina, India, Arab) memberi kita peringatan bahwa kita perlu mengubah cara pandang kita atas nilai tradisi dan warisan budaya kita. Menikmati batik tak pernah sama dengan cara menikmati lukisan perspektif. Menyelesaikan permasalahan secara mono-disiplin tak pernah sama dengan menggunakan pendekatan interdisiplin.

Kenyataan fraktalitas pada batik, sebagai aspek budaya visual yang erat dengan budaya dan peradaban Indonesia menjadi sebuah hal yang sangat penting.

mbatik: dari ngisen dan iterasi komputasional ke seni generatif
Perkembangan sains dan teknologi modern telah membawa kita pada generasi dimana kita bisa melakukan simulasi yang meniru proses (baik proses alamiah, fisis, biologis, bahkan pergerakan harga dan interaksi sosial) secara komputasional. Dari berbagai pendekatan sains disadari bahwa banyak sekali fenomena alam dan sosial yang terlihat rumit, acak, chaos pada dasarnya berasal dari sesuatu yang sebenarnya sangat sederhana.

Secara aritmatik, pola matematis dan dinamika yang chaos dan terlihat tak-deterministik dapat ditunjukkan dapat lahir dari apa yang sebenarnya sederhana dan justru deterministik. Ini dapat dilakukan karena teknologi komputer mengizinkan kita merekam dinamika secara iteratif.

Bagaimana dengan bentuk-bentuk dan pola yang rumit di alam, seperti awan, asap, pola garis pantai, dan sebagainya yang terlihat acak dan rumit secara visual itu? Teknologi komputasi, sebagaimana dapat diterapkan untuk melihat pola aritmatika sederhana yang menghasilkan chaos dapat pula diterapkan untuk melihat pola geometri sederhana yang menghasilkan fraktal. Usaha melihat fenomena fraktal pada batik telah memperluas pula khazanah dan peluang apresiasi yang lebih lagi pada batik.

Dekade abad ke-21 merayakan perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat. Karya-karya seni, baik rupa maupun suara mulai mengakuisisi teknologi ini untuk memperluas bidang cakupan dan ketakterbatasan daya imajinasi dan kreativitas manusia. Salah satu aspeknya adalah pemahaman akan seni generatif. Seni generatif visual modern diawali dengan membuat aturan-aturan visualisasi yang secara berulang (iteratif) memvisualkan bentuk sederhana sehingga pada akhirnya diperoleh pola-pola yang rumit dan kompleks. Pola seni ini bertumpu pada proses yang atas perulangan pola dan bentuk yang mirip pada media - sebuah kreasi karya seni yang sering menyebut-nyebut seniman Belanda, G. Escher (1898-1972) sebagai perintisnya dalam sejarah seni rupa modern. Jelas pola berulang (baca: iteratif) akan menghasilkan bentuk fraktal sebagaimana pola berulang aritmatik sederhana dapat menghasilkan pola chaos.

Pigmentasi kerang, pola sulir cangkang kerang, bentuk-bentuk rumit dari bunga salju, pertumbuhan kanker, bahkan beberapa pola pergerakan harga saham dan indeks dalam ekonomi menunjukkan pola-pola fraktal. Dengan melakukan "peniruan" secara komputasional dengan berbagai sistem komputasional, kita mengetahui bagaimana pola-pola kompleks dapat terjadi di alam semesta dan lingkunngan sosial kita. Analisis semacam ini dikenal pula sebagai bentuk analisis berdasarkan ilmu generatif, dan berbagai obyek estetik yang melahirkannya dinamai seni generatif komputasional. Dalam studi-studi komputasi dan ilmu geometri fraktal, hal-hal seperti otomata selular, himpunan Mandelbrot dan Julia, sistem-L, kurva Peano, dan sebagainya sering dijadikan bentuk referensi.

Ketika batik telah dapat ditunjukkan pola fraktalnya, maka ia menjadi memiliki peluang untuk dilihat sebagai bentuk generatif. Beruntung, karena kita memang telah pula mengetahui pseudo-algoritma bagaimana menghasilkan batik sebagaimana kita telah singgung sebelumnya: klowongan >> isen >> harmonisasi. Bahkan bukan tak mungkin, beberapa jenis pola fraktal yang telah dikenal sebagai "keindahan matematika" dapat pula meng-inspirasi pola batik. Dari sini, penelitian menunjukkan bahwa terdapat setidaknya 3 tipe pola fraktal yang secara komputasional dapat menjadi bentuk motif batik fraktal generatif secara komputasional, yakni:

Tipe 1: Fraktal sebagai Batik
beberapa jenis fraktal yang dikustomisasi sedemikian sehingga memiliki pola tertentu dapat didesain sebagai inspirasi atas konstruksi desain batik. Kustomisasi dapat dilakukan atas aturan-aturan iteratifnya, modifikasi pada bentuk pencorakan warna, dan sebagainya. Dalam demonstrasi berikut ini, kita mensimulasikan zooming dan kustomisasi teknis pewarnaan dari himpunan Mandelbrot yang dapat digunakan sebagai bahan dasar fraktal batik mode 1.

Tipe 2: Hibrida Fraktal Batik
pola-pola dari fraktal dapat digunakan sebagai pola model utama dari ornamentasi dan dasar dekorasi bersama-sama dengan isen original dari motif dasar batik dan sebaliknya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan secara komputasional apa yang merupakan motif batik tradisional dengan hasil adaptasi sedemikian dari fraktal non-batik. Modus disain ini menggabungkan secara estetik pola fraktal yangr dilahirkan secara komputasional dan apa yang dilahirkan melalui tradisi budaya batik yang luas dikenal. Dalam demonstrasi ini, ditunjukkan sebuah modifikasi dari sistem-L yang dirancang sehingga menghasilkan bentuk pengisian ruang (space-filling curves) yang dapat dijadikan sebagai bentuk bahan bagi batik untuk dikustomisasi.

Tipe 3: Batik Inovasi Fraktal
merupakan bentuk implementasi dari gambar dengan pola tertentu dan atau acak dengan menggunakan bentuk-bentuk teselasi iteratif atau algoritma pengisian dari ornamentasi batik yang asali sebagai isen atau pola batik yang telah dikenal secara tradisional. Hal ini dapat dilakukan dengan ekstraksi motif dasar dari ornamentasi batik yang kemudian di-iterasi ulang dengan menggunakan pseudo-algoritma batik yang telah dikenal. Sebagai contoh demonstratif sebagaimana yang ditunjukkan pada contoh ini. Di sini, dua motif batik di-proses ulang secara komputasional dengan memberikan desain besar atas pola umum yang secara komputasional akan diproses (isen dan harmonisasi) yang menghasilkan sifat-sifat fraktal sehingga menghasilkan motif yang sama sekali baru dengan memperhatikan pola dan prinsip proses mbatik. Pengguna dapat melakukan kustomisasi dengan pewarnaan tertentu.

Ketiga pola ini merupakan bentuk dari implementasi generatif atas kesadaran bagaimana batik memiliki sifat fraktal dan mendukung peluasan bentuk apresiasi terhadap budaya tekstil Indonesia non-tenun ini.

Catatan
Budaya batik berasal dari pemahaman kognitif yang tertuang ke dalam karya estetika visual yang sedikit banyak memberi gambaran implisit tentang bagaimana orang Indonesia memandang dirinya, alamnya, dan lingkungan sosialnya. Pola batik yang diketahui bersifat fraktal merupakan sebuah kenyataan bahwa terdapat perspektif alternatif yang ada di kalangan masyarakat dan peradaban Indonesia yang unik relatif terhadap cara pandang modern yang umum. Keunikan ini merupakan sesuatu yang penting mengingat fraktal merupakan bentuk pemahaman geometri yang mutakhir dan memiliki kesadaran akan kompleksitas sistem dan menanganinya dengan lebih bijaksana.

Batik sebagai sebuah obyek estetika berpola memiliki tata aturan penggambaran pseudo-algoritmik yang dapat diperlakukan sebagai bentuk seni generatif yang memiliki kegunaan:
- memberikan sumbangan dan inspirasi kepada peradaban umat manusia, khususnya dalam bidang perkembangans seni generatif.
- mendorong dan memperluas ekslorasi dan apresiasi atas batik sebagai bagian dari seni tradisi nusantara Indonesia.
- penelitian tentang aspek fraktalitas pada batik secara umum mendorong penggalian lebih jauh tentang aspek kognitif terkait cara pandang dan kebijaksanaan masyarakat terdahulu kita tentang alam dan masyarakat - mengingat eratnya kaitan antara seni dan sains sebagaimana ditunjukkan dalam sejarah perkembangan dan sejarah sains modern.

Mari mencintai Indonesia!
Mari menginspirasi dunia!

Sumber: Bandung Fe Institute

Selanjutnya... »»

Sabtu, 19 Juni 2010

BATIK SEMAR

Batik Semar. Bagi pecinta batik pasti sudah tidak asing lagi dengan brand yang satu ini. Benar-benar perpaduan yang sangat menarik, ketika kata batik yang merupakan kerajinan khas Jawa, disatukan dengan seorang tokoh pewayangan yang terkenal dengan kebijaksanaannya, yaitu Semar. Nama yang terasa begitu kental dengan nuansa Jawa, dan keluarga Kasigit sukses menggabungkan keduanya hingga menjadi brand yang sangat laku di pasaran.

Batik Semar adalah salah satu kreasi anak bangsa yang patut mendapat acungan jempol. Berdiri pada tahun 1947, saat Indonesia berada pada era penjajahan Belanda. Namun perlu diketahui bahwa nama Batik Semar baru digunakan pada tahun 1966, setelah dinilai lebih dapat diterima masyarakat dibandingkan menggunakan nama Batik Bodronoyo, yang juga merupakan nama lain dari Semar. Batik yang berasal dari Solo, kota yang merupakan salah satu pusat perindustrian batik, tidaklah mungkin sehebat sekarang, jika tidak didukung oleh orang yang sangat inovatif dan kreatif.

Keberanian Ny. Kasigit dalam ‘bermain’ warna, dimana saat itu batik hanya identik dengan warna sagon, ternyata berbuah manis. Permainan warna yang diadopsi Ny. Kasigit dari motif batik di daerah lain, mendapat respon antusias dari para konsumen, sehingga dulunya hanya mempekerjakan 5 karyawan, pada tahun 1960-an menjadi 200 orang. Selain itu, untuk memenuhi permintaan konsumen yang meninggi, batik semar tidak hanya memproduksi batik tulis, tetapi juga batik cap.

Ketelatenan dan pantang menyerah dari Ny. Kasigit patut untuk dijadikan teladan. Pada tahun 2002, Batik Semar sempat mengalami kerugian besar akibat kebakaran yang menimpa ruang pamer utama, bengkel produksi batik tulis, dan rumah tinggal yang dalam satu kompleks di Punggawan. Namun, musibah itu tidak lantas membuat Ny. Kasigit, yang saat itu telah ditinggal wafat oleh sang suami, menjadi terpuruk. Dengan semangat yang tak terpatahkan, hanya dalam waktu tiga bulan, beliau mampu membuat Batik Semar kembali berdiri.

Kepopuleran Batik Semar ini didukung dengan racdangan produknya yang selalu disesuaikan dengan perkembangan mode di tanah air, jadi tidak salah kalau model batik semar juga diminati oleh kaum muda-mudi. Salah satu inovasi yang dilakukan oleh batik semar, pada tahun 2009, mengadakan pameran busana dengan merangkul seorang desainer berjiwa kenamaan, Lenny Agustin, dengan memadu-padankan batik semar dengan brand Lennon, sebuah logo yang sangat terkenal di kalangan remaja.

Selain itu, baru-baru ini mereka juga mengeluarkan produksi terbaru mereka yaitu kaos batik semar emas. Upaya mereka untuk tetap mengikuti mode tidaklah sia-sia, terlihat dari kesuksesan dan kemantapan mereka menjejakkan bisnisnya di ranah nusantara, dengan tetap mempertahankan seni warisan budaya bangsa.

sumber : batik indonesia

Selanjutnya... »»

Minggu, 13 Juni 2010

Sabtu, 05 Juni 2010

Batik Sarimbit


Sarimbit adalah pakaian seragam bagi suami dan istri. Tidak mesti mirip sekali. Kadang ada yang motifnya sama namun warna berbeda. Ada pula yang warna sama namun motif untuk istri lebih feminin. Ada yang seragam dibuat sebagai atasan. Ada pula yang seragam dalam bentuk suami mengenakan kemeja dan istri dibuatkan kain dengan bahan yang sama.

Motif batik satu ini adalah untuk sarimbit. Yang dikenakan di bagian atas manekin adalah yang untuk dibuatkan kemeja. Sementara istri dapat mengenakan bawahannya/kain beserta selendang. Untuk atasannya dikenakan kebaya atau blus berbahan polos dengan warna senada.


sumber : Batik Indonesia

Selanjutnya... »»

Kamis, 03 Juni 2010

Pengetahuan Batik Yang Asli Dengan Batik Sablon

Pengetahuan Batik Yang Asli Dengan Batik Sablon

Masyarakat pengguna batik mulai sekarang perlu lebih cermat dan teliti dalam memilih batik karena secara umum masyarakat masih awam dalam hal pemahaman tentang batik itu sendiri. Orang masih mengenal batik dari sisi motif atau design saja padahal batik itu merupakan sebuah proses dari sebuah kain putih yang ditulis melalui “niba” ( malam / lilin ) mengikuti pola gambar dengan cara menulis ( “nitik” istilah bahasa jawa ).

Nah, jika demikian apakah semua batik yang beredar dipasaran dengan suguhan design dan corak warna warni dapat semua dikatakan batik. Apalagi banyak orang mengatakan ada batik China masuk Indonesia, pertanyaannya apakah batik yang dibuat orang China patut disebut batik. Geli…rasanya bila mendengar demikian karena orang China kok rasa-rasanya tidak mampu membuat batik, kalau orang China membuat kain yang disablon menyerupai dengan design batik, “baru ya”.

Istilah gampangnya batik buatan China itu sama saja kain tekstil yang dibuat mirip design batik yang asli melalui teknik sablon ( printing ). Nah, karena kesalahfahaman masyarakat dalam menafsirkan batik itu sendiri menjadi salah kaprah tanpa mengetahui asal usul proses pembuatan batik. Teknik printing ungkapan para pembatik perlu ditegaskan kembali kepada masyarakat awam karena perjalanan proses batik banyak masyarakat yang belum tahu jika digambarkan bahwa printing itu sama saja sablon baru masyarakat awam akan lebih tahu.

Teknik sablon bahan dasar untuk membuat design dengan memakai tinta berbeda batik yang asli memakai lilin. Jadi Batik sablon bisa disebut batik ASPAL ( asli tapi palsu ) jika ditinjau dari prosesnya karena batik yang asli bahan dasar untuk menulis design adalah lilin yang ditorehkan pada kain.

Nah, bagaimana jika halnya kita ditawari sebuah kain batik oleh pedagang ditoko maupun dipasar. Tanyakan kepadanya, “batik asli atau batik sablon ?”

Batik yang asli ada istilah batik cap ( stempel ) dan batik tulis yang menggunakan alat canting untuk melekatkan niba ( malam / lilin ) pada kain dengan mengikuti pola gambar.

Fungsi daripada malam atau lilin itu sendiri untuk menutup pola gambar yang diinginkan masih tetap utuh apabila dicelupkan obat pewarna.

Keunggulan batik yang asli dengan batik sablon tentunya sangat jauh berbeda jika batik asli permukaan kain dibalak balik sama karena teknik pewarnaannya dengan pencelupan. Sedangkan jika batik sablon permukaan kain bolak-baliknya tidak sama terkesan yang satu bergambar permukaan baliknya polos. Karena teknik batik sablon pewarnaannya dengan cara menorehkan obat pewarna atau tinta dipermukaan kain saja tidak dicelup. Inilah yang menjadikan batik sablon itu cepat luntur karena warna hanya menempel dipermukaan saja tidak meresap keseluruh sel-sel kain.

Sehingga wajar jika batik yang asli harganya lebih mahal dibanding dengan batik sablon ditinjau dari prosesnya batik yang asli melalui berbagai tahapan proses jika batik sablon dengan cara bim salabim maka jadilah batik sablon.


Selanjutnya... »»

Jumat, 21 Mei 2010

BATIK SARUNG- Bagaimana Ikatkan Sarung atau Pareo

Sarung adalah salah satu yang paling populer dan diterima secara universal tren fashion dari pulau-pulau tropis di Pasifik Selatan. Sepanjang sejarah sarung telah digunakan dalam berbagai cara di berbagai negara di Asia dan Pasifik Selatan. sarung ini populer di iklim tropis dan membuat pakai liburan besar.

Dorothy Lamour sekali mengenakan sarung bertahun-tahun yang lalu di seluruh film yang disebut amp quot Jungle Love Her amp quot . Salah satu alasan utama untuk keberhasilan film adalah murni karena fakta bahwa Miss Lamour mengenakan sarung.

Sarung terinspirasi oleh tanah tropis yang indah di seluruh dunia. Sarung yang menyanjung untuk jenis sosok yang paling dan sangat mudah dipakai. Mereka datang dalam banyak pola yang unik desain dan motif. Di Amerika Utara kain sarung umumnya cukup terang katun rayon atau sutra.

Beberapa seniman menggunakan teknik pencelupan heliographic yang melibatkan penggunaan matahari kain dan pewarna yang sensitif cahaya. Butuh sekitar menit dari sinar matahari langsung di M untuk benar menyembuhkan pewarna ke dalam kain. Hawaii garam kadang-kadang digunakan pada kain untuk membuat pola-pola yang menarik. Apa saja ditempatkan di bawah kain menciptakan jejak yang positif setiap di bawah ini menciptakan jejak negatif. Semua desain tangan ditempatkan dan kain yang telah dicelup dengan tangan. Beberapa pengaturan cetak pada kain menyadur Polynesia kuno legenda.

Cara Pakai dan Tie

Sarung

Dengan satu ukuran cocok untuk semua dan berbagai cara untuk memakainya kain sarung adalah pakaian santai yang sempurna di mana saja Ada banyak cara untuk mengenakan sarung. Untuk bungkus sarung terus pertama secara horisontal di belakang Anda. Mengikat sarung terus di belakang Anda dengan bagian atas materi yang berpusat di punggung. Mengikat sarung Anda hanya membutuhkan sedikit kesabaran latihan dan eksperimen. Ada banyak video yang menunjukkan lebih dari cara yang berbeda untuk pria dan wanita untuk mengikat pareo. Cukup ketik amp quot bagaimana untuk mengikat pareo amp quot pada sebuah mesin pencari untuk melihat beberapa video untuk memberi Anda beberapa gagasan.

Sebuah sarung panjang membuat gaun malam untuk malam yang indah di kota. traveler mungkin bungkus sarung sebagai pantai menutupi. Untuk rok terus memanjang sarung dan membungkusnya di sekitar pinggang. Dikenakan di atas bahu dan kepala sarung fungsi sebagai pemecah angin melilit leher itu menjadi syal atau selendang.

Meskipun struktur garmen sarung cukup sederhana variasi tidak terbatas. Karena sering sarung warna-warni dengan pola-pola yang indah mereka juga dapat digunakan sebagai hiasan.

Cara yang paling umum untuk memakai sarung pantai adalah sebagai aksesori. Cara ini dapat diterima bagi laki-laki dan perempuan di banyak memakai sarung-masyarakat. Pertimbangkan berlatih membungkus sarung dengan ukuran yang berbeda di sekitar tubuh Anda di depan cermin penuh.

Di Amerika Utara sarung sering digunakan oleh wanita sebagai penutup-di atas swimwear. Bungkus gaya tertentu memberikan sarung Anda yang lebih erat lebih ramping cocok dan menunjukkan dari siluet yang seksi.

Sarung A tidak hanya harus untuk di pantai seorang wanita bisa usee satu saat berkemah dan sementara mengenakan celana pendek dan kemeja Sebagian besar wisatawan internasional mengetahui kebajikan membawa perubahan tambahan pakaian.

Seperti pakaian santai tubular katun yang lembut sarung sangat sejuk dan nyaman. Sehari-hari sering memakai sarung dengan sebuah t-shirt. Ketika Anda berbelanja batik Anda mungkin menemukan sarung tubular masih datar dengan jahitan akhir unsewn. Pakaian resmi hari ini terdiri dari sarung bermotif indah dikenakan dengan blus yang baik. Mereka perbatasan sarung tradisional dengan bakat kontemporer. Tubular kain dari daerah yang sama ini adalah perempuan sarung. Sebuah sarung membungkus sekitar sandal jepit dan celana pendek pantai yang besar untuk berjalan atau pergi hampir di mana saja.

Sarung dengan memotong tinggi pinggul membuat kaki Anda terlihat lebih panjang dan bagian bawah Anda terlihat ramping. Beberapa sarung memiliki pinggiran atau trims lainnya meskipun sebagian besar memiliki hem polos. Bawa sarung Anda dengan Anda sementara tujuan wisata pulau tropis sebagai salah satu harus dikenakan sementara lewat oleh gereja-gereja atau tempat suci.

Berikut adalah beberapa sebenarnya menggunakan kain sarung yang telah diajukan. Dengan tepi berjumbai di kedua sisi ternyata sangat menyenangkan sebagai tubuh sarung syal bungkus hiasan dinding taplak meja seprai dan banyak lagi.

Wall Hanging

Penggunaan sarung yang kurang konvensional telah dikenal untuk menyertakan hiasan dinding sarung atau taplak meja sarung. Dengan tepi berjumbai di kedua sisi ternyata sangat menyenangkan sebagai badan sarung syal bungkus hiasan dinding atau taplak meja. Ini dapat digunakan sebagai hiasan dinding atau sarung.

Wedding Dress Sarung

Anda gaun pengantin sarung pantai bahkan dapat berfungsi ganda sebagai pakaian bulan madu Anda dan suami baru anda akan menyukainya. Semua sarung dan pakaian pareos adalah buatan tangan yang satu ukuran cocok untuk semua ukuran panjangnya. Sarung ukuran penuh kami cocok dengan indah apakah Anda memakai ukuran atau Mengikat instruksi yang disertakan dengan setiap sarung pesanan. Memakai sarung sutra Anda atas legging celana pendek atau rok untuk romantis riang dan semilir mempengaruhi.

Sebuah Hadiah

Pemikir

Handmade sesuai dengan warna kain gaya yang hanya seorang teman atau sahabat akan menghargai.

Halter Dress

Untuk gaun halter terus sarung oleh dua pojok atas memanjang di belakang punggung atas Anda.

Dress

Untuk membentuk sebuah gaun pegang sarung di depan Anda meletakkannya tepat di atas payudara Anda.

Mini Dress

sarung juga bisa menjadi gaun mini seksi untuk belanja pantai atau malam kejadian.

Blus

Kadang-kadang sama dengan batik kain sarung kadang-kadang dibuat dari bahan Lacey atau sutera. Selalu ketat di pinggang dan seluruh efek yang sangat feminin. Penggunaan sehari-hari yang biasanya ada sarung tua dan t-shirt.

Mini Dress

Kain sarung dapat juga menjadi gaun mini yang seksi untuk berbelanja atau malam pantai peristiwa.

Towel

Pada keadaan darurat sarung Anda dapat digunakan sebagai lembar tidur sementara atau sebagai sementara handuk di pantai.

Lemari malfungsi

Membuat obat yang besar dan cepat untuk kecelakaan tak terduga tumpahan dll

An Evening Selendang dan Bikini menutup-nutupi

Kami memiliki sarung untuk setiap bikini cetak. Karena setiap Sarung tangan dibuat adalah unik dan akan ada sedikit perbedaan dalam pola dan warna dengan sarung masing-masing. Sebuah sarung dan membungkus yang ideal membuat setiap kali kerendahan hati sedikit lebih disebut untuk setelah Anda memasuki atau meninggalkan suatu wilayah pantai.

More Ideas

kain piknik kebesaran selimut ponco yang unik membuat selimut dari beberapa bagian yang berbeda pareo .

Instruksi Perawatan

Untuk hasil terbaik cuci sarung dalam air dingin. Warna tidak akan berjalan setelah dicuci. Hang sarung Anda untuk kering dengan kerutan lebih sedikit daripada mesin pengeringan.

Sarung sepenuhnya yang menyenangkan dan layak sebagai gaya melestarikan artefak. Apa pun budaya Anda apa pun gaya Anda sarung akan berguna dalam banyak cara dari satu

Pelajari cara yang berbeda untuk mengikat.


sumber : info batik solo

Selanjutnya... »»

Kamis, 20 Mei 2010

MISTIK DAN MITOS DISEPUTAR BATIK

Mitos di seputar cerita tentang keris atau wayang sering kita dengar. Tetapi mitos di seputar pembuatan batik, barangkali hanya sedikit yang pernah beredar. Misalnya saja mitos penciptaan motif batik sidoluhur yang menuntut pencipta awalnya untuk menahan nafas berlama-lama. Atau tentang batik parang yang tercipta karena kekaguman seorang Panembahan Senopati kepada alam sekitarnya, atau juga tentang truntum yang konon tercipta karena dorongan sebuah pengharapan seorang garwa ampil kepada rajanya dan sebagainya.

Ya, sebagaimana keris, batik juga mempunyai mitos-mitos yang melingkupinya. Motif sidoluhur yang diciptakan Ki Ageng Henis, kakek dari Panembahan Senopati pendiri Mataram Jawa, serta cucu dari Ki Ageng Selo itu adalah contohnya.
Motif sidoluhur (Foto: pitoyo.com)


Motif sidoluhur (Foto: pitoyo.com)

Konon motif sidoluhur dibuat khusus oleh Ki Ageng Henis untuk anak keturunannya. Harapannya agar si pemakai dapat berhati serta berpikir luhur sehingga dapat berguna bagi masyarakat banyak.
Menurut seorang pengamat budaya Jawa, Winarso Kalinggo, motif itu kemudian dimanifestasikan ke selembar kain (dicanting) oleh Nyi Ageng Henis. Nyi Ageng sendiri adalah seorang yang mempunyai kesaktian. Mitosnya, Nyi Ageng selalu megeng (menahan) nafas dalam mencanting sampai habisnya lilin dalam canting tersebut. Hal itu dimaksudkan agar konsentrasi terjaga dan seluruh doa dan harapan dapat tercurah secara penuh ke kain batik tersebut.
Sampai sekarang pun, secara umum, proses penciptaan batik masih sama seperti jaman dulu. Laki-laki membuat motif, yang wanita mencanting. Pada proses penciptaan motif parang juga seperti itu. Panembahan Senopati (bertahta 1540–1553 J) dikenal sebagai pencipta motif parang. Panembahan mendapat inspirasi semasa ia melakukan teteki (menyepi dan bersemadi) di goa pinggir Laut Selatan. Ia begitu kagum terhadap stalagmit dan stalaktit yang ada di dalam goa yang dalam pandangan Panembahan sangat khas khususnya pafa saat gelap. Setelah menjadi Raja Mataram, ia pun menyuruh para putri kraton untuk mencanting motif tersebut.
Tetapi ada pengkecualian dalam proses penciptaan motif truntum. Menurut Winarso Kalinggo, motif itu diciptakan oleh Kanjeng Ratu Beruk. Anak dari seorang abdi dalem bernama Mbok Wirareja ini adalah isteri dari Paku Buwono III (bertahta dari 1749–1788 M) tetapi berstatus garwa ampil, bukan permaisuri kerajaan.
Persoalan status ini menjadikan Kanjeng Ratu Beruk selalu gundah. Ia mendamba jadi permaisuri kerajaanm, sebuah status yang begitu dihormati dan dipuja orang sejagad keraton. Tapi lebih dari semua itu, Kanjeng Ratu Beruk ingin selalu berada di samping sang raja agar malam-malam sunyi tidak ia lewati sendirian.
Pada suatu malam, perhatian Kanjeng Ratu Beruk tertuju pada indahnya bunga tanjung yang jatuh berguguran di halaman keraton yang berpasir pantai. Seketika itu juga ia mencanting motif truntum dengan latar ireng (hitam). “Ini refleksi dari sebuah harapan. Walaupun langit malam tiada bulan, masih ada bintang sebagai penerang. Selalu ada kemudahan di setiap kesulitan. Sekecil apa pun kesempatan, ia tetap bernama kesempatan,” begitu ujar Winarso Kalinggo melukiskan harapan Ratu pembuat truntum.
Truntum Garuda (Foto: pitoyo.com)

Truntum Garuda (Foto: pitoyo.com)

Cerita lain menyebutkan, Paku Buwono III juga seorang kreator motif batik. Dia memerintah pada masa penuh guncangan pasca perjanjian Giyanti (1755). Seluruh pusaka dan batik kraton telah dibawa ke Jogja oleh Pangeran Mangkubumi. Dimulailah perang dingin itu. Kerap terjadi saling ejek antara orang Solo dan Jogja. Batik Solo motif krambil sesungkil dan slobok yang dipakai para isteri bangsawan untuk melayat, di Jogja dipakai untuk para punakawan dalam kisah pewayangan. Begitu juga sebaliknya, batik Jogja motif kawung yang dipakai untuk melayat, di Solo dipakai oleh para punakawan. Benar-benar ejekan yang sangat menghina pada waktu itu.
“Antara lain, hal seperti itulah yang membuat Paku Buwono III terguncang,” kata Winarso Kalinggo.
Untuk meredam guncangan tersebut ia mencari ilham. Ia melakukan teteki dengan cara kungkum (berendam) di Kali Kabanaran. Lokasi ini persis di dekat makam Ki Ageng Henis. Hal itu dia lakukan pada malam hari dan hanya ditemani oleh penerangan dari teplok. Waktu dini hari, hujan gerimis mulai turun seakan turut sedih melihat kondisi saat itu. Profil hujan gerimis yang tertangkap oleh cahaya teplok itulah yang kemudian hari menjadi motif udan riris.
Periode Paku Buwono IV (bertahta 1788–1820 M) adalah periode kebebasan berekspresi bagi rakyat kebanyakan. Sebelum PB IV, batik dijadikan alat untuk menjalankan kekuasaan maka pada masa PB IV banyak motif batik yang lahir dari rakyat biasa. Mitos pun bermunculan. Antara lain adalah kisah batik yang digunakan sebagai pembungkus atau popok bayi (kopohan).
Kopohan adalah batik yang digunakan oleh satu keluarga batih secara turun-temurun. Kopohan digunakan sesekali saja, sebagai pembungkus bayi saat bayi baru lahir. Kemudian dicuci hanya oleh pihak keluarga. Setelah itu lalu disimpan di lemari dengan wewangian dari akar lara setu. Kain tersebut baru boleh dikeluarkan dari lemari sebagai suwuk (terapi magis) bagi si bayi di saat sakit.
Mitos akan motif batik yang terbaru adalah mitos motif kembang bangah. Kembang bangah diciptakan oleh Go Tik Swan yang bergelar Panembahan Hardjonagoro (Otobiografi Go Tik Swan Hardjonagoro, Orang Jawa Sejati, penulis Roestopo ).
Batik kembang bangah adalah ungkapan protes terhadap keadaan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada rakyat jelata, melainkan pada kapitalisme. Kembang bangah adalah bunga bangkai yang berkelopak indah tapi baunya sangat busuk. Persis seperti gambaran saat itu. Bagi kebanyakan orang, kembang bangah adalah ramalan tentang ontran-ontran (kerusuhan) yang terjadi di tahun 1992. Mulai dari rusuh sebelum Pemilu sampai pada aksi para buruh di Tyfountex Solo.
Itulah beberapa cerita dan mitos di balik proses penciptaan motif batik. Terserah bagi kita untuk mempercayai atau tidak.

SUMBER: GORO-GORO

Selanjutnya... »»

Rabu, 31 Maret 2010

TIPS MENCUCI BATIK

Batik kita bisa rusak kalau dicuci secara sembarangan. Di sini ada tips praktis untuk mencuci batik agar tetap menawan.

Berikut ini adalah beberapa saran untuk mencuci batik :
1. Jangan cuci batik dengan deterjen atau shampoo karena itu bisa merusak batik. Lebih baik gunakan lerak yang bisa dibeli di toko-toko

2. Jangan memeras batik saat dicuci

3. Setelah dicuci, batik jangan dijemur langsung di bawah sinar matahari, jemurlah dengan diangin-anginkan saja.

Untuk sementara ini dulu tips dari Intan Batik...Lain kali kalo nemu tips lagi akan kami posting di postingan selanjutnya.

Semoga bermanfaat :)

Selanjutnya... »»

TIPS MEMILIH BATIK

Apakah diantara kawan-kawan bingung dalam memilih batik? Berikut ini adalah tips untuk menentukan batik yang terbaik.

1. Tentukan Batik yang Anda inginkan.

2. Jika dilihat dari proses pembuatan Batik. Batik tulis memiliki motif yang sama pada bagian dalam dan luar pakaian. Sedangkan, Batik print lebih terang di bagian luarnya dan agak pudar di bagian dalam pakaian. Untuk memastikannya, Anda bisa menceknya langsung. Dan untuk membelinya tentu juga bisa dibeli satuan maupun baju grosir batik.

3. Jika dilihat dari bahannya, ada Batik lawas yang awalnya digunakan untuk kain gendongan yang sifatnya mudah sobek. Secara penggunaan bahan ini digemari karena adem dan nyaman kala dipakai. Namun secara tekstur, kainnya lebih tebal.

4. Untuk kategori bahan yang di gunakan sebagai pembuat kain Batik Tulis, bahan yg paling baik digunakan biasanya alat tenun bukan mesin (ATBM), biasanya bahan dasar yang digunakan adalah sutera jadi wajar saja jika harganya paling mahal dikelasnya.

5. Untuk perawatan, Baju Batik berbahan premium salah satunya sutera harus di dryclean agar lebih awet dan terjaga serat kainnya. ;

6. Sedangkan batik biasa, pencuciannya direndam tanpa sabun. Hal ini bertujuan untuk menjaga warnanya agar tidak cepat pudar.

7. Selalu beli batik asli Indonesia. Banyak sekarang jenis batik digunakan untuk fashion apakah itu baju batik, celana batik, sarung batik, maupun jilbab online batik.

Sumber : Grosir baju online

Selanjutnya... »»

Sejarah batik di Indonesia

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.

Jaman MajapahitBatik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.

Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.

* Sejarah Batik Pekalongan

Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.

Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.

Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.

Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.

* Batik Pekalongan, antara Masa Lampau dan Kini

BATIK pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik pekalongan dikerjakan di rumah-rumah.

Akibatnya, batik pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Batik pekalongan adalah napas kehidupan sehari-sehari warga Pekalongan. Ia menghidupi dan dihidupi warga Pekalongan.

Meskipun demikian, sama dengan usaha kecil dan menengah lainnya di Indonesia, usaha batik pekalongan kini tengah menghadapi masa transisi. Perkembangan dunia yang semakin kompleks dan munculnya negara pesaing baru, seperti Vietnam, menantang industri batik pekalongan untuk segera mentransformasikan dirinya ke arah yang lebih modern.

Gagal melewati masa transisi ini, batik pekalongan mungkin hanya akan dikenang generasi mendatang lewat buku sejarah.

Ketika itu, pola kerja tukang batik masih sangat dipengaruhi siklus pertanian. Saat berlangsung masa tanam atau masa panen padi, mereka sepenuhnya bekerja di sawah. Namun, di antara masa tanam dan masa panen, mereka bekerja sepenuhnya sebagai tukang batik.

ZAMAN telah berubah. Pekerja batik di Pekalongan kini tidak lagi didominasi petani. Mereka kebanyakan berasal dari kalangan muda setempat yang ingin mencari nafkah. Hidup mereka mungkin sepenuhnya bergantung pada pekerjaan membatik.

Apa yang dihadapi industri batik pekalongan saat ini mungkin adalah sama dengan persoalan yang dihadapi industri lainnya di Indonesia, terutama yang berbasis pada pengusaha kecil dan menengah.

Persoalan itu, antara lain, berupa menurunnya daya saing yang ditunjukkan dengan harga jual produk yang lebih tinggi dibanding harga jual produk sejenis yang dihasilkan negara lain. Padahal, kualitas produk yang dihasikan negara pesaing lebih baik dibanding produk pengusaha Indonesia.

Penyebab persoalan ini bermacam-macam, mulai dari rendahnya produktivitas dan keterampilan pekerja, kurangnya inisiatif pengusaha untuk melakukan inovasi produk, hingga usangnya peralatan mesin pendukung proses produksi.

Sumber : Pesona batik

Selanjutnya... »»

Rabu, 17 Februari 2010

Rajangan

Batik Rajangan

Harga : 70.000 IDR (Belum termasuk ongkos kirim)
Ukuran all size, panjang setengah paha, lengan panjang, ada tali pinggang.

Selanjutnya... »»

Silk Aca

Silk Aca

Ukuran M, dan untuk ukuran L, gombrang, ada aksesoris di depan, warna coklat
Harga 85.000 IDR (belum termasuk ongkos kirim)

Selanjutnya... »»

Blus Kalong

Blus Kalong

Harga : 60.000 IDR (Belum termasuk ongkos kirim)

Selanjutnya... »»

Senin, 08 Februari 2010

Batik Sakinah Tali






Batik Sakinah Tali, harga 60.000 IDR (Belum termasuk ongkos kirim)

Selanjutnya... »»

Jumat, 05 Februari 2010

Sejarah Perkembangan Batik Indonesia

Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.

Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.


Perkembangan Batik di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.

Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Proses pembuatan batik
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.

Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.


Batik Pekalongan
Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.

Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.

Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.

Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.

Musium batik Pekalongan
Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.

Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu, yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri India dan Arab. Lalu batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.


Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.

Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.

Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai KOTA BATIK. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.

Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam tradisional yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir seindah dan sehalus batik Pekalongan.

Selanjutnya... »»

Batik Pekalongan, Sejarah dan Perkembangan

Di daerah perbatasan Utara Jawa, batik ini disebut "batik pesisiran". Secara historis, ada tiga jenis batik Pekalongan. Yang pertama, adalah batik lokal. Hal ini dilakukan dengan menggunakan gaya lokal. Pola tidak merujuk kepada raja 'aturan, tetapi membawa kemajuan pasar dengan menggunakan produk terjual dengan cepat.

Yang kedua adalah "batik encim". Hal ini dilakukan di Cina, dan dapat ditetapkan dalam 3 kategori. Pola didasarkan pada "buketan aksesoris," cina budaya, dan berbagai lukisan. Yang ketiga adalah "batik londo" yang dibuat di Belanda aksesoris merupakan kebudayaan Belanda

Pohon ini adalah batik ditingkatkan dan saling memiliki pelanggan sendiri. Diantaranya, ia mengakui bahwa batik adalah lokal tertua meskipun tidak diketahui kapan dan siapa yang batik maker. Biasanya ia telah wujud sebelum Cina dan pedagang Belanda datang. Kemuliaan periode batik Pekalongan terjadi sekitar 1850: Elyza Van Zuylen produk, Oey Soen King, sampai dengan saat Perang Dunia II, produk ibu Sastromulyono juga diketahui.

Batik Pekalongan yang telah dihasilkan pada 1942-1945 muncul setelah Perang Dunia II ketika Jepang menduduki Indonesia. Oleh karena itu, dalam kerja sama perdagangan Indonesia dengan Belanda selama ini. Jadi itu tak dikelantang polos kain celup dan perdagangan. Ia memimpin kurangnya pasokan. Jika ada, harga terlalu mahal. Dalam periode ini, yang dibuat produsen batik yang baru. Ia lebih canggih dan dibuat oleh pelaksana "Padat Karya system (sistem kerja penuh). Tujuannya adalah untuk membuat lambat dan tidak kehilangan karyawan. Tanpa sengaja, ia membawa dampak yang besar. Batik Jawa Hokokai dikenal kemudian.

1980 - 1997 adalah situasi kritis, maka mereka produksi batik sutra dan batik kembali langkah-langkah dan meningkatkan permintaan pelanggan. Pada tahun 1999, mereka diterapkan dalam grosir batik. Ia memiliki niat untuk mengakses pasar yang lebih besar dan membuat lebih dekat kepada pelanggan serta membuat Pekalongan menjadi "kota batik batik atau kota". Saat ini, ada sekitar 4 grosir di Pekalongan: Setono, Gamer, MM, Pantura.

Sumber : Linggageni

Selanjutnya... »»
 
Copyright Intan Batik 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .